Stop Buruh Anak

Stop Buruh Anak

Jumat, Mei 06, 2011

PKPA TERBITKAN DUA MODUL BENCANA BERPERSPEKTIF ANAK

Tsunami dan gempa bumi yang terjadi pada 26 Desember 2004 yang melanda Propinsi Aceh dan Sumatera Utara, Indonesia memberikan pengalaman tersendiri bagi PKPA dalam melaksanakan program kemanusiaan yang secara spesifik ditujukan pada perlindungan anak di situasi yang tanggap darurat. Setelah gempa bumi dan tsunami yang maha dahsyat terjadi di Aceh dan Sumatera Utara, bencana alam susulan terjadi di beberapa tempat lain di Indonesia. Salah satunya adalah gempa bumi berkekuatan 8,7 SR meluluh lantakkan bumi Nias, kemudian letusan Gunung Merapi dan gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2006, dan rentetan bencana lainnya di Indonesia. Potensi bencana di Indonesia tergolong sangat tinggi, menurut catatan Badan Kordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (BAKORNAS PBP) selama kurun waktu 1997-2004 tercatat lebih dari 1000 kali bencana di Indonesia. Dengan tingkat korban jiwa diperkirakan lebih dari 40.000 Jiwa. Belum termasuk data bencana Tsunami yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara tahun 2004, dimana korban jiwa lebih dari 200.000 orang dan di pulau Nias korban jiwa mencapai 800 orang.
Tragedi kemanusiaan selalu menyisakan duka dan kerugian yang tidak terhitung, namun kita selalu mengambil hikmah dari setiap peristiwa tersebut sebagai pelajaran berharga dari alam. Salah satu pembelajaran yang dapat diambil dari setiap bencana yang terjadi di Indonesia adalah bahwa anak-anak merupakan kelompok yang sering terabaikan dan tidak tertangani dengan baik. Trauma psikologis, kesehatan anak dan perlindungan khusus terhadap anak, kurang mendapat perhatian dan sering tidak tepat dalam penanganannya. Kondisi lain yang juga mengancam anak-anak dalam situasi darurat pasca bencana adalah eksploitasi ekonomi, keterpisahan dari keluarga dan kehilangan arena dimana mereka biasa beraktifitas dan bermain dengan teman-teman sebaya. Anak-anak dalam keadaan darurat/bencana bisa berada dibawah risiko dan ancaman serius, karena tingkat ketergantungan mereka yang tinggi terhadap orang dewasa. Mereka belum memiliki banyak pengalaman hidup, kemampuan anak untuk melindungi diri sendiri terbatas, dan mereka tidak dalam posisi yang dapat mengambil keputusan atas dirinya sendiri.
Melihat kenyataan yang terjadi selama ini telah mendorong keprihatinan tersendiri bagi PKPA sebagai sebuah lembaga yang konsern pada anak-anak, merasa penting untuk menciptakan sebuah pedoman bagi para relawan kemanusiaan dalam penanganan anak-anak korban bencana. Meski panduan ini bersifat internal untuk pedoman relawan PKPA, namun tidak tertutup kemungkinan lembaga-lembaga lain yang membutuhkan dapat memanfaatkannya dengan terus berlatih dan belajar dari setiap peristiwa.
Setelah bekerja selama enam bulan sejak Juni hingga akhir Desember 2010 akhirnya PKPA bisa menyelesaikan penulisan dua modul yang terkait dengan kebencanaan dengan konten utama untuk menyelamatkan dan memperkuat partisipasi anak. proses penulisan kedua modul tersebut telah melalui sebuah penelitian mendalam di Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat melibatkan berbagai informan dari berbagai sumber mulai dari instansi pemerintah, Internastional NGOs, Nasional NGO, Local NGO, Akademisi, Tokoh Masyarakat, Guru dan Anak-anak. Meski PKPA sendiri telah memiliki sejumlah data dan pengalaman langsung dari penanganan anak dalam situasi tanggap darurat, namun proses kajian mendalam dianggap penting untuk pengayaan data, informasi dan pengalaman banyak pihak. kedua modul tersebut adalah:


1. Modul Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana Bagi Sekolah; Pentingnya Modul ini didasari dari kenyataan bahwa, dari beberapa institusi yang ada di komunitas masyarakat, sekolah merupakan salah satu institusi strategis untuk diperhatikan terkait pengurangan risiko bencana. Ada beberapa alasan untuk ini; Pertama, sekolah tempat komunitas anak yang terorganisir dalam jumlah besar, sehingga anak-anak memiliki kerentanan menjadi korban bencana terutama jika pada saat kejadian mereka sedang berada di ruang kelas. Kedua, sekolah memiliki potensi mentransformasi pengetahuan, nilai dan tradisi pengurangan risiko bencana secara terencana, sistimatis dan berkelanjutan. Pendidikan pengurangan bencana bagi sekolah (PRB-BS) dapat dilaksanakan melalui berbagai pendekatan, baik Pendidikan formal, nonformal, maupun informal.


2. Modul: Pedoman Penanganan Anak dalam Situasi Tanggap Darurat; Tingginya potensi bencana di Indonesia, namun Indonesia belum memiliki sistem penanganan bencana yang komprehensif untuk melindungi anak-anak. Indonesia seharusnya memiliki sebuah kebijakan khusus untuk menangani anak-anak dalam situasi tanggal darurat. Institusi-institusi lokal yang ada di komunitas seperti sekolah, panti-panti asuhan, organisasi keagamaan, lembaga adat/budaya perlu diperkuat kapasitasnya untuk mampu memberikan respon cepat menangani anak-anak ketika bencana terjadi. Institusi-institusi ini sangar dekat dengan kehidupan anak-anak, agar penanganan anak-anak tidak mengalami keterlambatan karena harus menunggu kehadiran organisasi-organisasi perlindungan anak dari luar daerah maupun luar negeri. Hal ini seharusnya dapat mengurangi kondisi lebih buruk yang mengancam anak dalam situasi tanggap darurat. Dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat menjadi salah satu revensi bagi para relawan kemanusiaan dan orang-orang yang terdekat dengan anak saat bencana dating, untuk menentukan sikap dan langkah-langkah yang tepat menangani anak.



Semoga kehadiran kedua modul ini di Indonesia akan menambah referensi dan pengetahuan baru bagi semua pihak dalam meningkatkan perhatian dan partisipasi anak dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Bagi anda yang ingin memiliki kedua modul tersebut dapat mengirimkan surat ke alamat kantor PKPA Medan Jln. Abdul Hakim No.5A Pasar I Setia Budi, Medan, 20132 atau kirim via email ke pkpamdn@indosat.net.id atau lubiscom@yahoo.com. PKPA juga dapat memfasilitasi anda sebuah training untuk meningkatkan kemampuan tim anda menggunakan kedua modul tersebut. Kontak Person: Misran Lubis (Kordinator Unit PKPA Emergency Aid).

Salam Penulis
Misran Lubis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Tinggalkan Pesan/Do not forget to leave your message: